AKU dan dia selalu memesan menu yang sama:
semangkok soto daging, nasi dua piring dan
dua botol teh, pakai es. Lalu, dengan
kecap manis dan sambal yang berlebih, kuah itu
menjelma menjadi seperti larutan sampel
tanah dalam percobaan tiga unsur tekstur..
Ini bukan soal kemesraan, ini penghematan.
Ini juga tentang wesel datang lambat bulan.
Lagi pula yang paling nikmat di meja-meja itu
adalah percakapan tanpa menu: jenaka selalu.
Semurung apapun mendung di matamu, seketika
terusir oleh riuh tinggi percakapan di kantin itu.
Kepada seorang kawan yang stres karena skripsi
tentang pengaruh zeolit terhadap pertumbuhan
jahe (atau jagung manis) kuceritakan lelucon
ini: "Tahukah kamu? Nama saudara aktor
Tabah Panemuan? Namanya, Sabar Penelitian!"
Soto yang sama di kantin ini disantap oleh dosen,
mahasiswa, asisten dan penjaga laboratorium...
Artikel Cari Di Sini
Monday, March 23, 2009
KANTIN KAMPUSKU
Sekujur Kesepianku
Kurayapi sekujur kesepianku
Mengundang angan dan sengat kumbang
Mata bintang yang diam dan berkelesatan
Menyuguhi harapan di semesta lenggang
Sampai kasih dan ingin terbentang
Membujuk pengembara merakah
Yang tenggelam di bawah kubang resah
Menanti dara cantik yang telah datang
Membujuk arah pengembara merambah
Terus mewangi aroma bunga cinta sampai ujung hari
Membangkitkan gairah sang pencinta dalam darah
Yang menentangkan kesenyapan sendiri
Ku temukan perempuanku
Dalam batas asa ku mengagumi sesok diri membaui
Dan membenamkan dua serpihan bintang
Yang memancarkan pesona terang
Ia selalu memintaku melukiskan kisah yang ada
Atas cinta terperi di dinding-dinding hati
Kami hanyalah sepasang pecinta mengharap sejati
Bersama berkelana dari waktu-kewaktu menjaga setia
Kenapa diam !
Mengapa Kau diam Sahabat?
Aku Diam Karena aku tidak ingin bicara
Aku menikmaati suasana Hening
Karena Hening dapat memberikan Nuansa
Tidak kah kau lihat mereka berbicara Sahabat?
Kenapa Kau memilh selalu diam
Aku Bukan mereka, aku tidak suka banyak bicara
Itu menunjukan meraka tidak Mempunyai Makna
Tidak Kah Kau Sakit atau Marah atas ulah mereka sahabat?
Marah? kenapa harus marah.. aku hanya tertawa
Lihatlah mereka, Badut-badut panggung melakonkan drama
Itulah Kwalitas Mereka yang tak bijaksana
Bukan kah diam tak menyelesakai Masalah Sahabat?
Kamu salah, Diam menjawab dengan seribu bahasa
Apakah tidak kau lihat congor mereka berbusa
Dengan kata-kata yang hanya sebuah bisa
lalu apa yang akan kau lakukan sahabat?
Aku hanya akan melihat dan terus tertawa
Melihat Ocehan badut-badut panggung itu disana
tidak kah kau terhidur oleh meraka
Kau betul sahabat ku yang sangat kucinta
Memang dengan banyak berbicara kita terlihat merana
Dengan diam kita bisa memaknai yang ada
Kau memang sahabat ku yang bijaksana.
Untukmu Teman
Halilintar bergetar menebarkan tebaran getar
Lautan berbingkai bangkai melukis mati
Bumi berajah api membakar hati
Hutan berimba cahaya menyilaukan rasa
Semesta berbicara berakhirlah dunia
Halilintar menyambar melontarkan kabar berlontar mati
Darah melambai-lambai di atas periuk berduri
Jiwa berumbai-rumbai dalam dekapan mimpi
Rongga api di hentakan ke dasar bumi
Kepapakan gagak berapi suci
Meniadakan nafas yang telah pergi
Sinar seperti bayangan bulan mengelegar membuka pintu kematian
Sayatan pedang berduri tajam di tarik pelan
Nafas telah panas sudah saatnya pergi
Kembali kedaLam pusaran cahaya remang
Selamat jalan
KU KAN SINGGAH DI KEDAIMU
DAN lekas memohon untuk segelas kopi
yang segera kubayangkan jadi puisi:
hitam matang serbuk keping-keping biji,
manis yang tak bisa dicicipi oleh
serat batang tebu - yakinkan di ujung
syaraf lidah kita - dan hangat kepul uap
pada ketel itu (siapa yang larut pada
apa, sebenarnya?)
Aku akan bayangkan, kopi yang kau sajikan
mengambil hitamnya dari langit malam,
menciptakan kepul uap dari hangat igauan
dan manis itu? Ia kristal yang tak berdaya
pada takaran, bahkan pun bila ditiadakan!
Ya, nanti aku akan singgah di kafemu itu
dan lekas meminta hangat perbincangan:
Mungkin tentang kaos yang kau kenakan,
Semar dan Mister Bean (siapa bicara
dalam bahasa apa, sebenarnya?
KEBESARAN-MU
Diriku bukanlah orang yang sempurna
Bukan juga orang yang ingin sempurna
Aku hanya ingin menjadi orang
Yang bisa mengakui kesempurnaan-MU
Aku takut dengan-MU
Aku takut dengan kebesaran-MU
Aku takut membuat-MU marah
Aku takut membuat-MU murka karena tingkah ku
Ya ALLAH.... berilah aku ketabahan
Ketabahan menjalani hidup
Hidup yang telah KAU takdirkan untukku
Hidup yang tak pernah ku ketahui akhir nantinya
Aku hanya mampu bersipu di hadapan-MU
Aku hanya mampu mengharap belas kasih-MU
Aku hanya mampu mengharap maaf dan ampun-MU
Berilah hamba-MU kemuliaan
Kemuliaan disisi-MU dan RASULULLAH
Letakkanlah aku disisi orang kesayangan-MU
Ridhoilah semua perbuatan ku sehari-hari
Thursday, March 19, 2009
Merpati
Merpati sayapmu menari merajut awan
Merpati sayapmu putih sici menawan
Waktu terus mengalir bagai bengawan
Merpati teruslah menari, teruslah kawan
Mengapa matamu sayu
Pelan kedipmu terhuyung huyung
Samudera hidup masih merayu
Merpati teruslah, teruslah mendayung
Masihlah berwarna sang pelangi
Masih ada merah masih ada jingga
Masihlah kau harum mewangi
Masihlah aku padamu bangga
Hari esok sedang menunggu
Bawakan mentari asa yang cerah
Bawakan pagi bak perunggu
Hilangkan gundah, buang gerah
Merpati bentangkan tawamu
Usir gelisah dari jiwamu
Jangan biarkan angina membawamu
Tunjukkan pada semua wibawamu
Wednesday, March 11, 2009
what's going on
what's going on now?
i feel so lonely now.
what's going on now?
where are all my friends now?
what's going on?
now I have to learn again
what's going on?
now I think all the good times are gone
and all the bad times are back
now I think all the good times are gone
and all the bad times are back
the bad times are back
what's going on now?
i feel so strange now
what's going on now?
what am I supposed to do now?
what's going on?
i have to change again...
what's going on?
now I know all the good times are gone
and all the bad times are back
all I know is that the good times are gone
and all the bad times are back
but no one's close
the times have changed
I have to hold now that the times will turn back.
all the good times are gone
now I wish all the good times were back
and all the bad times were gone
now I wish all the good times were back
and all the bad times were gone
life goes on and on and on.
the good times are back.
Monday, March 9, 2009
A Poison Tree
I was angry with my friend:
I told my wrath, my wrath did end.
I was angry with my foe:
I told it not, my wrath did grow.
And I watered it in fears
Night and morning with my tears,
And I sunned it with smiles
And with soft deceitful wiles.
And it grew both day and night,
Till it bore an apple bright,
And my foe beheld it shine,
And he knew that it was mine -
And into my garden stole
When the night had veiled the pole;
In the morning, glad, I see
My foe outstretched beneath the tree.
Welcome Back to School
Dear students the summer has ended
The school year at last has begun
But this year is totally different
I promise we'll only have fun
We won't study any mathematics
and recess will last all day long
Instead of the pledge of allegiance
we,ll belt out a rock'n' roll song
We'll only play game in the classroom
You're welcome to bring in your toys
It's okay to run in the hallways
It's great if you make lots of noise
For homework you'll play your nintendo
You'll have to watch lot of TV
For field trips we'll go to the movies
and get lots of candy for free
The lunchroom will only serve chocolate
and triple-fudge sundaes supreme
Yes that's what I heard from my teacher
before I woke up from my dream.
Glass Box
You know it's the old glass at the ...
At the gas station
Where you're using those little things
Trying to pick up the prize
And you can't find it
It's
And it's all these arms are going down in there
And so you keep dropping it
And picking it up again and moving it
But
Some of are probably too young to remember those
Those glass boxes
But
But they used to have them
At all the gas stations
When I was a kid
THE RAIN IN JUNE
Nobody resolute
Rather than the rain in June
Its yearning-drizzle is hidden
To the tree which has bloom
Nobody wise
Rather than the rain in June
His footprints is erased
Which hesitant in the way
Nobody skillful
Rather than the rain in June
The unspoken thing is ignored
Absorbed by the root of the flower tree
ONE DAY LATER
One day later
My body will die
But in the distich of this poem
I wouldn’t acquiesce you alone
One day later
My voice wouldn’t be heard again
Yet among rows of this poem
I will steadfast investigate you
One day later
My vision will be unrecognized again
Yet, in the letter cracks of this poem
I’ll look for you forever