Suaraku tercemar amarah
menantang kilatan petir tajam matamu
memaksa tangan menggenggam
membuang gelisah ke tempat sampah
Kala bara membakar raga
menerbangkan kesadaran
asap dendam mengawan
abu nafsu berjelaga
dengki hanguskan hati
suram jiwaku kini
mampukah kucuci
dengan embun pagi
dari endapan malam yang terluka
oleh satu pertempuran
No comments:
Post a Comment